Wednesday 2 April 2014

Adipati Karna


Karna, panglima Astina yang selalu mengangkat dagunya, tapi sungguh rendah hati sikapnya. Selama ini dikenal sebagai anak pungut kusir Adirata dan istrinya yang benama Radha. Tersebutlah riwayat bahwa bayi itu dihanyutkan oleh Dewi Kunti, ibunya sendiri. Karena lahir sebagai hasil hubungan gelap dengan Batara Surya.

 
Mencapai usia remaja, Karna menjadi dekat dengan para Kurawa. Agaknya karena Adirata menjadi sais istana. Namun para Kurawa menyukainya, karena Karna menjadi andalan mereka untuk menyaingi Arjuna. Meskipun Durna berjanji hanya memberi ilmu kepada keturunan Baratha, namun Kurawa selalu melibatkan Karna dan ketrampilannya membuat Durna tak bisa menolak.

Suatu hari berhadapanlah Arjuna dan Karna dalam suatu pertunjukan ketangkasan. Di balkon dari kejauhan, diam-diam Dewi Kunti meneteskan airmata, karena mengenali Karna sebagai anaknya. Saat mereka siap bertarung, Bima mempersoalkan status Karna, karena ksatria hanya bisa berhadapan dengan ksatria. Maka Suyudana menjadi dewa penolong yang menentukan kehidupan Karna, dia mengangkatnya menjadi Adipati, atas utang budi ini Karna akan berpihak kepada Kurawa dalam Baratayudha.
Suatu senja di tepi sungai Dewi Kunti menemui Karna. Sebagai Karna, ia telah mendapatkan pemberitauan Batara Surya tentang siapa dirinya. Namun sudah lama ia mematikan perasaannya. Selain ibu Kunti tidak pernah menunjukan sikap bahwa mereka berhubungan darah, kasih sayang ibu Radha tidak membuatnya merasa membutuhkan ibu kedua. Kunti meminta Karna untuk memihak kepada Pandawa karena dia adalah kakak tertua mereka, dan tahta Indraphasta seharusnya berada di tangannya. Dalam benak Karna timbul pertanyaan, apakah yang membuat mereka berpikir, bahwa ia akan bersedia menyebrang dari pihak Kurawa ke Pandawa, dengan imbalan tahta? Tentu ia tidak buta, bahwa Kurawa sangat tidak patut untuk dibela. Namun bagi Karna, ketika Bima merasa Arjuna tidak perlu melayaninya di masa remaja karena ketidak setaraan kastanya, adalah Kurawa yang berbuat baik dan mengangkat derajatnya. Membalas kebaikan dengan pengkhianatan tidak mungkin dilakukan Adipati Awangga, Karna.

Karna pun mengerti seorang Ibu tidak akan berpihak, bagi Kunti jalan terbaik adalah Karna berperang di pihak Pandawa. Namun akhirnya Karna menolak permintaan ibunya tapi sebagai tanda baktinya ia memilih salah seorang dari Pandawa untuk menandinginya dalam Baratayudha dan itu adalah Arjuna.
“Siapapun yang gugur nanti, anakmu akan tetap lima, wahai ibuku...” ujar Karna sembari tersenyum.
Syahdan, pertempuran Karna dan Arjuna merupakan puncak drama Baratayudha. Langit mengerjap-ngerjap antara gelap dan terang selama mereka bertempur, panah-panah berhamburan penuh ancaman maut. Langit mendung bergulung-gulung dan surya menghilang ketika Karna gugur sebagai pahlawan, terpenuhi janji seorang anak kepada ibunya pada suatu senja di tepi sungai, betapa siapapun yang gugur di antara mereka berdua, jumlah anaknya tetaplah seperti diakui semula.

ini sebenernya berasal dari novelnya Seno Gumira Aji Darma yang judulnya Biola Tak Berdawai.. aku suka sama cerita pewayangan dan selama ini aku emang udah suka dengan kisah hidupnya Adipati Karna tapi nggak pernah suka dengan yang diceritakan oleh orang-orang mengenai watak tokohnya... tapi baru kali ini aku jatuh hati sama tokoh Adipati Karna yang digambarkan Seno Gumira, Karna jadi terlihat keren :D

No comments:

Post a Comment